Halaman

Usaha Layaknya Seperti Bermain Bola

1.Usaha apa saja yang promosinya bisa dilakukan dengan teknik menjemput bola?
2.Seberapa efektif teknik promosi ini?
3.Jika sudah melakukan teknik menjemput bola, apakah memerlukan promosi jenis lain? Jika iya, mengapa?
4.Apakah promosi seperti ini memerlukan anggaran khusus?”.
Semua usaha membutuhkan metode promosi dengan teknik jemput bola. Metode ini sangat efektif dilakukan khususnya bagi mereka yang tidak memiliki modal kuat untuk memiliki tempat usaha di lokasi yang strategis, tidak memiliki cukup dana untuk beriklan dan belum memiliki merek dagang (brand image) yang kuat. Intinya bagi para pelaku usaha yang baru meluncurkan produk-produk baru disarankan untuk melakukan upaya jemput bola. Memang dibutuhkan kerja keras, namun sebagaimana Billi PS. Liem (moivator bisnis dari Malaysia) mengatakan bahwa keberhasilan bisnis itu ditentukan oleh 99% keringat dan 1% keberuntungan. Oleh karena itu, metode jemput bola termasuk dalam upaya 99% keringat (kerja keras) yang diharapkan akan membuahkan hasil yang manis di kemudian hari.
Memang kalau kita klasifikasikan dalam jenis-jenis usaha, maka metode jemput bola ini lebih cocok dilakukan untuk usaha di sektor jasa, misalnya; jasa pengurusan surat-surat berharga, dengan cara berkas diantar dan diambil ke rumah ataupun kantor. Contoh lain adalah bisnis jasa pengetikan dan terjemahan juga cocok untuk menerapkan sistem jemput bola ini. Konsep jemput bola memang harus dilakukan terutama untuk produk-produk yang memiliki tingkat persaingan tinggi. Misalnya bisnis kredit sepeda motor yang saat ini sangat menjamur. Maka pihak dealer harus pandai-pandai melakukan jemput bola. Dengan memberikan berbagai kemudahan misalnya discount uang muka, pelayanan pembayaran yang diambil oleh petugas dan juga sistem pengambilan dan penyerahan berkas yang ditangani pihak dealer atau leasing sehingga konsumen merasa lebih nyaman dan tidak perlu repot lagi. Jadi intinya sistem jemput bola ini harus diterapkan oleh bisnis apa saja yang masih baru khususnya bisnis di sektor jasa.
Teknik ini sangat efektif dilakukan asalkan dilakukan dengan benar. Karena saat ini banyak yang menggunakan sistem bisnis ini tapi justru bikin konsumen menjauh. Misalnya kita lihat cara kerja sales produk elektronik yang dengan getol mendatangi konsumen namun kemudian konsumen justru merasa tidak nyaman karena merasa dipaksa untuk membeli. Begitu juga pelaku bisnis MLM, mereka memang gencar jemput bola, namun tidak sedikit yang melakukannya dengan “kasar” sehingga menimbulkan kesan memaksa. Begitu juga dengan tenaga-tenaga marketing asuransi, mereka banyak berbicara yang manis-manis saja dan kadang tidak transparan tentang masalah risiko, sehingga ketika suatu saat ada masalah bisa menimbulkan trauma bagi konsumen dan trauma itu juga merugikan perusahaan lain yang sejenis. Jadi asalkan dilakukan dengan benar dan tidak memaksa, tidak membodohi, membohongi dan tidak menjebak konsumen serta tidak berlebih-lebihan dalam mempromosikan produknya, sistem jemput bola ini memang sangat efektif dilakukan.
Walaupun, sudah melakukan promosi dengan cara menjemput bola tapi tentu saja metode promosi lain tetap diperlukan karena memang tidak 100% metode jemput bola akan berhasil menggaet calon konsumen. Jadi media promosi seperti iklan tetap harus dilakukan (jika memiliki dana untuk itu) karena dengan beriklan maka akan lebih mendekatkan konsumen dengan produknya. Jadi jika sang penjemput bola datang langsung kepada konsumen maka konsumen akan dengan mudah menerimanya, karena sudah lebih dahulu mengetahui, atau paling tidak sudah menghafal nama produknya dan memang itulah kekuatan media. Karena sebuah produk baru yang belum dikenal sama sekali akan lebih sulit diterima oleh masyarakat/konsumen.
Pada dasarnya untuk melakukan promosi memang dibutuhkan angaran khusus, namun besar kecilnya sangat relatif, karena semua bisa disiasati agar promosi jemput bola bisa berjalan efektif dan dengan biaya yang efisien. Misalnya kita mempuyai produk makanan sejenis pizza kemudian kita akan melakukan sistem jemput bola. Maka kita bisa merekrut karyawan-karyawan freelance dengan syarat tahu seluk beluk wilayah dan memiliki motor. Nah, dengan cara itu kita bisa minta mereka menyebar brosur ataupun sample produk ke masyarakat tanpa perusahaan harus membeli sejumlah armada (seperti motor), begitu juga untuk masalah delivery service (layanan pesan antar) kita bisa lakukan hal yang sama. Jadi perusahaan tidak perlu mengeluarkan anggaran besar. Atau bisa juga menerapkan sistem bagi hasil sehingga karyawan freelance yang bekerja dengan modal sendiri akan dibagi hasil dari setiap produk yang laku.
Sumber:
Arsip Bisnis
Ariyanto. MB.

Tidak ada komentar: